Sabtu, 24 Mei 2014

Khotbah jum'at

Agar Tidak Tertipu dengan Kenikmatan DuniaKhutbah Jumat Pertama

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَجَعَلَ لِلْوُصُوْلِ إِلَيْهِ طَرَائِقَ وَاضِحَةً وَسُبُلاً , وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , شَهَادَةً نَرْجُوْبِهَا عَالِيَ الْجَنَّاتِ نُزُلاً , وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , أَقْوَمُ الْخَلْقِ دِيْنًا وَأَهْدَاهُمْ سُبُلاً , صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ , وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا

Amma ba`du, Wahai kaum muslimin, sesungguhnya telah datang bagi manusia suatu masa, di mana pada waktu itu dia merupakan sesuatu yang belum bisa disebut. Kemudian Allah Subahanahu wa Ta’ala menciptakan kita, menyempurnakan nikmat-nikmatnya, menghindarkan bencana, dan memberikan kemudahan, serta menjelaskan semua yang bermanfaat dan berbahaya bagi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa manusia itu memiliki dua negeri, yaitu negeri tempat berjalan dan menyeberang, dan negeri tempat menetap dan hidup abadi. Negeri tempat menyeberang adalah alam dunia ini. Negeri yang segala sesuatunya terdapat kekurangan, kecuali yang bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Angan-angan dunia adalah suatu penyesalan, kejernihannya adalah suatu kekotoran. Sekiranya orang yang berakal melihat sedikit saja, pasti dia akan mengetahui kadar dan kehinaannya serta tipudayanya. Dunia itu terlihat seperti fatamorgana. Orang yang kehausan mengira itu adalah air, padahal apabila dia mendekatinya, dia tidak akan memperoleh apa-apa. Dunia juga dihiasi dengan berbagai macam kemegahan dan sesuatu yang menggiurkan. Allah Subahanahu wa Ta’alaberfirman, حَتَّى إِذَآ أَخَذَتِ اْلأَرْضُ زُخْرُفُهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَآ أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَآ أَتَاهَآ أَمْرُنَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِاْلأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir.” (Q.s. Yûnus/10: 24) Jadi, akhir dunia ini adalah ketiadaan dan kebinasaan. Keindahannya adalah petaka dan penyesalan. Inilah dunia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي اْلأَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَاالْحَيَاةُ الدُّنْيَآ إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.s. Al-Hadîd/57: 20).

Wahai kaum muslimin, sedangkan akhirat adalah negeri dan kehidupan yang hakiki. Kehidupan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur kehidupan, seperti keabadian, kesenangan dan kedamaian. Dan kesenangan di sana adalah hakiki. Apabila manusia melihat hakikat sebenarnya. Ia akan mengatakan, “Aduhai baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidup ini.” Jadi, kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat, tempat manusia hidup dan mereka tidak akan mati.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ “Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.” (Q.s. al-Mukminûn/23: 102-1032).

Wahai kaum muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, melihat dunia ini dengan pandangan orang yang berakal, membandingkan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, agar kita mengetahui perbedaan kedua negeri tersebut. Di negeri akhirat terdapat semua yang diinginkan oleh manusia dan nikmati oleh mata. Surga adalah darus salâm (kampung kedamaian), yang terlepas dari berbagai kekurangan, bala`, penyakit, kematian, kesusahan maupun usia yang tua.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لَمَوْضِعُ سَوْطٍ أَحَدِكُمْ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا “Sesungguhnya tempat cemeti kalian di surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (H.r. Ahmad no. 21732). Ini adalah ucapan seorang nabi yang jujur lagi dipercaya. Sesungguhnya tempat tongkat di surga itu lebih baik dari dunia ini semuanya, dari awal hingga akhirnya dengan segala kenikmatan dan kemewahan yang ada di dalamnya. Apabila ini saja lebih baik dari dunia semuanya, lantas kiranya kenikmatan apa yang kita dapatkan di dunia ini dengan  waktu yang sangat singkat. Wahai kaum muslimin, sungguh mengherankan sekali ada kaum yang lebih mengutamakan kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat. Padahal akhirat itu lebih baik dan kekal. Mereka lebih mengutamakan dunia dari pada akhirat. Mereka mencari dunia dan meninggalkan amal akhirat. Meraka sangat berambisi untuk mendapatkan dunia dan melewatkan apa yang Allah Subahanahu wa Ta’ala wajibkan kepada mereka. Mereka tenggelam dalam hawa nafsu dan kelalaian. Mereka melupakan rasa syukur kepada zat yang telah memberikannikmat kepada mereka. Ciri-ciri mereka yaitu bermalas-malasan mengerjakan salat dan merasa berat untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala. Di dunia ini mereka berani bermuamalah riba yang mereka perindah namanya, atau dengan riba yang terang-terangan tanpa peduli sedikitpun dengan dosa di akhirat kelak. Mereka berbohong dalam setiap pembicaraan, tidak menunaikan janji-janji mereka, tidak berbuat baik kepada orang tua dan tidak menyambung silaturahmi. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ , أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله َلِيْ وَلَكُمْ وَلِكَافَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ , فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Jumat Kedua إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا  مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا Wahai kaum muslimin, sesungguhnya orang yang lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, dia akan mendapatkankenikmatan dunia dan akhirat. Karena amalan akhirat itu mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala dan dia tidak melewatkan dunia ini sedikitpun. Sesungguhnya siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Ta’ala, pasti Allah Ta’alaakan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Allah Ta’alaberfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.s. An-Nahl/16: 97) Sebaliknya, orang yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, maka dia terkadang diberikan dunia, akan tetapi dia tidak mendapat bagian di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَيُبْخَسُونَ. أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي اْلأَخِرَةِ إِلاَّ النَّارَ وَحَبِطَ مَاصَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs.. Hûd/11: 15-16). Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang lebih mengutamakan akhirat daripada dunai, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan dia akhirat serta jagalah kami dari api neraka. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاَّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, وَأَقِمِ الصَّلاَة http://play.google.com/store/apps/details?id=com.muslimmedia.Khutbah1

Rabu, 07 Mei 2014

TATA CARA SHOLAT JENAZAH

Sholat Jenazahp{color: #707070;}strong, ul, li{color: #707070;}img{width:100%;}A.

PENGERTIAN SHOLAT JENAZAH

Shalat Jenazah adalah merupakan shalat yang tidak perlu ruku' dan sujud. Yang kita lakukan hanyalah berdiri, takbir sebanyak empat kali dengan diselingi bacaan dan doa tertentu lalu salam. 

B. HUKUM SHOLAT JENAZAH Hukum Sholat Jenazah adalah Fardhu Kifayah' artinya jika tidak ada yang men'shalati, semua akan berdosa.

C. DALIL SHOLAT JENAZAH

Nabi Muhamad shallallahu'alaihi wasallam pernah bersabda, "Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga ikut menshalatkannya, maka dia mendapatkan satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikannya hingga ikut mengantar ke kubur, maka mendapatkan dua qirath". Ditanyakan, "Apakah yang dimaksudkan dengan dua qirath itu? " Beliau menjawab, "Seperti dua gunung yang besar." (HR. Muttafaq 'alaih)

D. CARA MENGERJAKAN SHOLAT JENAZAH

Syarat penyelenggaraan Shalat Jenazah Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan salat ini adalah: Yang melakukan salat harus memenuhi syarat sah salat secara umum (menutup aurat, suci dari hadas, menghadap kiblat dst)Jenazah/Mayit harus sudah dimandikan dan dikafani.Jenazah diletakkan disebelah mereka yang menyalati, kecuali dilakukan di atas kubur atau salat ghaib Imam berdiri tepat di bagian kepala mayit, jika jenazah adalah seorang laki-laki atau di bagian tengah badan (perut) jika jenazah seorang wanita. Kemudian makmum berdiri di belakangnya, sebagaimana dalam shalat yang lain, kemudian bertakbir sebanyak empat (rukun sholat jenazah)

E. RUKUN SHOLAT JENAZAH Salat

jenazah tidak dilakukan dengan ruku', [sujud] maupun iqamah, melainkan dalam posisi berdiri sejak takbiratul ihram hingga salam.
Berikut adalah urutannya:
Berniat, niat salat ini,
sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat riwayat yang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat.

Niat salat jenazah Untuk jenazah laki-laki :
"Ushalli 'alaa haadzal mayyiti arba 'a takbiiraatin fardhu kifaayati ma'muumam/imaaman lillahi ta'aalaa, Allahu akbar.

"Untuk jenazah perempuan : " Ushalli 'alaa haadzihil mayyiti arba 'a takbiiraatiin fardhu kifaayati ma'muuman/imaaman lillahi ta 'aalaa, Allaahu akbar "
1 Takbiratul Ihram (takbir yang pertama) kemudian membaca surat Al Fatihah
2 Takbir kedua kemudian membaca shalawat atas Rasulullah SAW minimal : "Allahumma Shalli 'alaa Muhammadin". Artinya : "Yaa Allah berilah salawat atas nabi Muhammad".
3 Takbir ketiga kemudian membaca do'a untuk jenazah minima l:
"Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu anhu' Artinya : "Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma'afkanlah dia".
Apabila jenazah yang disalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Untuk jenazah wanita bacaannya menjadi : "Allahhummaghfir laha warhamha wa'aafiha wa'fu anha".
Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum. Untuk jenazah banyak bacaannya menjad i: "Allahhummaghfir lahum warhamhum wa'aafihim wa'fu anhum"
4 Takbir keempat kemudian membaca do'a minimal : "Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinna ba'dahu waghfirlanaa walahu." Artinya : "Yaa Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia."
Jika jenazahnya adalah wanita, bacaannya menjadi: "Allahumma laa tahrimnaa ajraha walaa taftinna ba'daha waghfirlanaa walaha.

"Mengucapkan salam.

F. DOA SHOLAT JENAZAH

[Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa 'Aafihi Wa'fu 'ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi' Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa'i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhil hul Jannata, Wa A'idhu Min 'Adzaabil Qabri]
Artinya:

"Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka." (HR. Muslim 2/663) 

(Alloohumaghfir Lihayyinaa Wa Mayyitinaa Wa Syaahidinaa Wa Ghoo'ibinaa Wa Shoghiirinaa Wa Kabiirinaa Wa Dzakarinaa Wa Untsaanaa. Alloohumma Man Ahyaitahu Minnaa Fa Ahyihi 'Alal Islaam, Wa Man Tawaffaitahu Minnaa Fatawaffahu 'Alal Iimaan. Alloohumma Laa Tahrimna Ajrahu Wa Laa Tudhillanaa Ba'dahu) Artinya:
"Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang mati, orang yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir ,laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam, dan orang yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memper-oleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya." ( HR. Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/251) 

[Alloohumma Inna Fulaanabna Fulaanin Fii Dzimmatika, Wa Habli Jiwaarika, Fa Qihi Min Fitnatil Qobri Wa 'Adzaabin Naari, Wa Anta Ahlal Wafaa'i Wal Haqqi. Faghfirlahu Warhamhu, Innaka Antal Ghofuurur Rohiim]

Artinya: "Ya, Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang." (HR. Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/21) 

[Alloohumma 'Abduka Wabnu Amatikahtaaja Ilaa Rohmatika, Wa Anta Ghoniyyun 'An 'Adzaabihi, In Kaana Muhsinan, Fa Zid Fii Hasanaatihi, Wa In Kaana Musii'an Fa Tajaawaz 'Anhu] Ya, Allah, ini hambaMu, anak ham-baMu perempuan (Hawa), membutuh-kan rahmatMu, sedang Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari kesalahan-nya. (HR. Al-Hakim. Menurut pendapatnya: Hadits ter-sebut adalah shahih.
Adz-Dzahabi menyetujuinya 1/359, dan lihat Ahkamul Jana'iz oleh Al-Albani, halaman 125) G.

YANG DISUNNAHKAN DALAM SHOLAT JENAZAH

Disukai (mustahab) membentuk 3 shof di belakang imam berdasarkan hadits: Abu Umamah r.a. berkata: "Suatu ketika Rasulullah saw. menshalati jenazah dan bersamanya 7 orang makmum seraya menjadikan shaf pertama 3 orang, kemudian 2 orang dan dibelakangnya lagi 2 orang" (H.R. Thabarani) dan hadits : Malik bin Hurairah r.a. berkata,"Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah seorang muslim meninggal kemudian dishalati oleh 3 shaf orang islam kecuali wajiblah atasnya." (dalam riwayat lain "Kecuali pastilah diampuni dosa-dosanya")

http://play.google.com/store/apps/details?id=apps.vormalin.com.panduanshalatsunnahlengkap.